Indonesia Lautan Kendaraan
Kendaraan pribadi mungkin sekarang menjadi suatu keharusan jika Anda tinggal di kota-kota besar. Rasanya anak SMA Bandung jaman now saja mayoritasnya sudah membawa motor, malah tidak sedikit yang sudah membawa mobil. Dikutip dari detikoto, Data Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis yang diperbarui Badan Pusat Statistik (BPS) Senin (1/2/2021) kemarin mencatat, sampai tahun 2019 terdapat 133.617.012 unit kendaraan bermotor di Indonesia. Itu termasuk mobil penumpang, mobil bus, mobil barang dan sepeda motor. Sejak dua tahun ke belakangnya, kenaikan jumlah kendaraan meningkat sekitar 5 persen.
Baca artikel CNN Indonesia “Sensus Kendaraan di Indonesia: Lebih dari 133 Juta Unit” selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210203115349-384-601700/sensus-kendaraan-di-indonesia-lebih-dari-133-juta-unit.
Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/
Yang menjadi masalah dari perkembangan jumlah kendaraan ini adalah penumbuhan jumlah yang tidak diiringi dengan pertumbuhan infrastruktur yang tidak sepadan, sehingga menghasilkan suatu masalah yang tidak asing lagi di kota-kota besar di Indonesia, yaitu kemacetan.
Pencarian Akar Masalah
5 WHYS
Mari kita coba teliti permasalahan ini dengan menggunakan metode 5 Whys untuk mencari akar masalah kenapa angka jumlah kendaraan di Indonesia terus terusan meningkat. Langsung saja kita mulai.
1. Kenapa jumlah kendaraan di Indonesia terus meningkat?
Karena banyak penduduk yang membeli kendaraan pribadi.
2. Kenapa banyak penduduk yang membeli kendaraan pribadi?
Karena mereka membutuhkan kendaraan pribadi untuk beraktivitas sehari-hari.
3. Kenapa harus menggunakan kendaraan pribadi untuk beraktivitas sehari-hari?
Karena metode transportasi alternatif, yaitu transportasi umum, tidak sebanding dan susah digunakan untuk menggantikan kendaraan pribadi.
4. Kenapa transportasi umum sulit menggantikan kendaraan pribadi?
Karena transportasi umum tidak ideal dan tidak memadai.
5. Kenapa transportasi umum tidak memadai?
Karena faktor kenyamanan dan keamanan transportasi umum yang umumnya tidak sesuai dengan masyarakat.
Menggunakan metode 5 Whys ini kita sampai pada kesimpulan bahwa akar masalah jumlah kendaraan yang terus meningkat di Indonesia adalah karena kurangnya transportasi umum yang menjamin kenyaman dan keamanan para penggunanya.
Bila kita ambil contoh dari negara lain. Misalnya saja negara tetangga kita, yaitu Singapura. Singapura sendiri cukup terkenal dengan budaya penduduknya yang sehari hari berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum. Bagaimana tidak, transportasi umum di sana menyediakan tingkat kenyamanan dan keamanan untuk para penggunanya. Mulai dari kebersihan dan fasilitas yang terjaga, sistem yang terintegrasi (Misal halte yang selalu berdekatan dengan Mass Rapit Transit sehingga memudahkan pengguna) dan tarif yang terjangkau.
Selain itu, tidak mudah untuk mendapatkan kendaraan pribadi di Singapura. Beberapa penyebabnya adalah mahalnya tarif yang harus dibayarkan dan juga rumitnya tahap tahap yang harus dilewati untuk bisa membeli kendaraan pribadi.
SOCRATIC METHOD
Sebelum lanjut ke pencarian solusi, mari kita coba teliti lagi masalah peningkatan jumlah kendaraan ini menggunakan tools satu lagi yang diberikan oleh Ka Garda, yaitu Socratic Method. Gaskeun
Pertanyaan Klarifikasi: Jumlah kendaraan di Indonesia terus-terusan meningkat tiap tahunnya?
Kalau kita lihat dari data yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) sampai tahun 2019 terdapat 133.617.012 unit kendaraan bermotor di Indonesia. Itu termasuk mobil penumpang, mobil bus, mobil barang dan sepeda motor. Sejak dua tahun ke belakangnya, kenaikan jumlah kendaraan meningkat sekitar 5 persen.
Pertanyaan Asumsi: Misal jumlah kendaraan di Indonesia tidak meningkat, atau malah menurun apa yang akan terjadi?
Pertanyaan yang ini bisa kita jawab dengan cukup mudah, karena fenomena Covid 19 ini sempat memberikan kita sedikit sneakpeek apa yang akan terjadi saat jumalah kendaraaan di Indonesia menurun. Di saat lockdown pertama yang diadakan oleh pemerintah, banyak warga Jakarta yang terkejut saat melihat langit Jakarta yang biasanya berwarna abu-abu, berubah menjadi kebiruan. Perubahan warna langit ini ternyata terjadi karena menurunnya kadar polusi udara di ibu kota, yang terjadi karena sedikitnya aktivitas kendaraan. Selain itu, hal yang paling jelas dilihat mungkin adalah tidak adanya kemacetan (ya karena kendaraannya saja tidak ada).
Pertanyaan Bukti: Ada bukti gak kalo menurunnya jumlah kendaraan di Indonesia bisa menurunkan polusi udara dan menurunkan kemungkinan kemacetan?
Kebetulan saja tadi buktinya ada di pertanyaan di atas, yaitu saat lockdown pertama. Tapi kita juga bisa melihat negara lain yang sudah menerapkan budaya menggunakan transportasi umum dan menekan jumlah kendaraan di negaranya. Misalnya saja, negara yang sudah disebutkan di atas, yaitu Singapura. Tentunya Singapura bukan bebas macet 100%, karena pada nyatanya masih ada fenomena kemacetan di negara ini, yang bisa saja ditemu pada jam jam peak, misal pada saat pulang kerja. Tapi perlu dicatat bahwa kadar kemacetannya tidak sesering dan separah di Ibu Kota kita yaitu Jakarta
Pertanyaan Perspektif: Siapa yang akan diuntungkan dan adakah pihak yang tidak diuntungkan kalau jumlah kendaraan di Indonesia menurun?
Siapa yang diuntungkan kalau tidak ada kemacetan? Jawabannya tentu saja seluruh pengguna jalan.
Siapa yang diuntungkan kalau polusi udara menurun? Jawabannya tentu saja seluruh manusia yang hidup di daerah itu, dan mungkin beberapa makhluk lainnya.
Siapa yang tidak diuntungkan kalau tidak ada kemacetan? Mungkin Pertamina.
Siapa yang tidak diuntungkan kalau polusi udara menurun? Mungkin dokter yang mengurus mengurusi masalah pernapasan.
Pertanyaan Implikasi: Apa pengaruh jangka panjangnya kalau jumlah kendaraan di Indonesia menurun?
Dengan tidak adanya kemacetan, bisa kita bilang ke depannya akan banyak waktu dan bensin yang bisa dihemat. Dan dengan menurunnya polusi udara, mungkin tidak berlebihan kalau kita bilang akan ada nyawa-nyawa yang bisa diselamatkan. Selain itu kita juga bisa memperlambat proses pemanasan global.
Pertanyaan terkait Pertanyaan: Kenapa pertanyaan pertanyaan di atas harus ditanyakan?
Dengan mempertanyakan pertanyaan pertanyaan di atas, kita bisa dengan lebih yakin mengerti apa pengaruh-pengaruh yang akan terjadi saat jumlah kendaraan di Indonesia menurun. Dan juga mengerti bahwa penurunan jumlah kendaraan di Indonesia adalah hal yang harus kita capai, baik cepat maupun lambat, di suatu hari nanti.
Kesimpulan Akar Masalah
Dengan menggunakan kedua tools yaitu 5 Whys dan Socratic Method bisa kita simpulkan bahwa peningkatan jumlah kendaraan di Indonesia disebabkan oleh kurangnya transportasi umum yang menawarkan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.
Pencarian Solusi
Solusi dari masalah peningkatan kendaraan ini bisa kita bilang cukup straightforward yaitu tentu saja dengan mendorong pemerintah atau swasta untuk menyediakan berbagai transportasi umum yang bisa menawarkan kenyaman dan keamanan bagi penggunanya dengan tarif yang terjangkau, selain itu jenis-jenis transportasi umum juga harus saling terintegrasi satu sama lain untuk mempermudah penggunaannya, sehingga masyarakat Indonesia bisa dengan mudah dan tanpa dipaksa menggunakan transportasi umum tersebut untuk kegiatan sehari-hari. Untuk bentuknya sendiri sudah mulai muncul di Indonesia, misal saja MRT Jakarta. Diharapkan dengan begitu, peran kendaraan pribadi bisa digantikan dan menurunkan jumlah kendaraan di Indonesia.